Kamis, 11 Agustus 2011

KIR NASIONAL DI SEMARANG : BIOGRAFI K.H. WAHID HASYIM ANTARKAN SISWI MAN TAMBAKBERAS JUARAI KIR NASIONAL


Satu persembahan lagi untuk MAN Taras tercinta, torehan prestasi yang tidak pernah berhenti. Untuk kesekian kalinya, tim KIR Tashwir Al-Afkar MAN Tambakberas Jombang menyuguhkan prestasinya di tingkat nasional, setelah terakhir pada bulan Maret lalu mendapatkan juara 2 di ajang LKTI Sonic Linguistic di MAN Insan Cendikia serpong dengan tim Astrid Delia Aisyah , Umadatut K dan Ainin Basyiroh, kali ini tim KIR MAN Taras meraih juara 2 LKTI Nasional – 1 Abad KH.A.Wahid Hasyim 2011 di Unwahas (Universitas Wahid Hasyim) Semarang dengan. tim yang beranggotakan Lum’atul Fitria, Dharratuz Zahiroh dan Nur Sabilillah. Tim KIR MAN yang dibawah pembinaan Bpk. Sigit Budi Purwoko.S,Pd ini mampu menjadi pemenang diantara 257 naskah awal yang masuk, sungguh prestasi yang membanggakan mengingat peserta berasal dari seluruh daerah di Indonesia.

Ajang LKTI yang bertujuan memperingati 1 abad meninggalnya KH.A Wahid Hasyim ini, lomba di bagi menjadi 2 kategori yaitu kategori umum/mahasiswa dan santri/siswa dan disediakan 5 tema yang dapat diambil, yaitu pemikiran AWH dibidang agama, pendidikan, sos-bud, ekonomi dan politik hukum dengan pengambilan pemenang di setiap kategori dan masing-masing bidangnya. Tim MAN Taras sendiri mengambil tentang pemikiran AWH dibidang pendidikan.

Dasar pemikiran dari penulisan karya tulis ini adalah pesantren yang merupakan tempat belajar secara lebih mendalam dan lebih lanjut tentang ilmu agama Islam yang diajarkan secara sistematis. Namun, sayangnya pendidikan pesantren tradisional mempunyai ciri belum dapat dikelola dengan profesional, lebih cenderung mengendalikan figur seorang kyai atau ulama dan kurikulum yang terkonsentrasi pada kajian ilmu agama saja. Abdul Wahid Hasyim merupakan salah satu tokoh yang muncul dengan pemikiran-pemikiran barunya untuk memajukan Indonesia, khususnya pada sistem pendidikan pesantren. Wahid Hasyim dalam mengembangkan pendidikan pesantren memulai dengan langkah-langkah yang konkret dan mendasar, Pemikiran yang dia terapkan merupakan pemikiran yang dinamis karena dapat masuk disemua bidang, sehingga santri tetap dapat menjadi pejuang agama sesuai dengan bidang masing-masing. Santri dapat dibentuk menjadi ulama, politisi maupun ekonom dimana semua bidang tersebut juga akan kembali untuk memperjuangkan pesantren.

Penelitian mengenai pemikiran-pemikiran Wahid Hasyim dalam reformasi pendidikan pesantren secara inklusif dan berkarakter ini telah dilaksanakan pada bulan maret di Madrasah Aliyah Negeri Tambakberas dan pondok pesantren Tebuireng Jombang. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data studi literatur yang berpedoman pada buku dan internet sekaligus teknik wawancara bebas terpimpin kepada beberapa narasumber yang terdiri dari keluarga besar Wahid Hasyim dan alumni santri Tebuireng.

Penyerahan hadiah pemenang sekaligus seminar nasional dengan pembicara langsung dari Menteri Pendidikan Nasional di adakan pada tanggal 19 April 2011 bertempat di Aula Unwahas Semarang.(Cheerz)

0 komentar:

Posting Komentar